Sebagai daerah bekas pusat Kerajaan Majapahit, kerajaan terbesar yang ada di Nusantara, Kabupaten Mojokerto memiliki banyak situs yang tersebar di beberapa titik. Kini sudah berdiri Pusat Informasi Majapahit (PIM) di Trowulan, sehingga pengunjung tidak perlu lagi bingung.
JIKA dikelola secara baik dan profesional, potensi sektor pariwisata di Kabupaten Mojokerto sebenarnya sangat dahsyat. Selain memiliki potensi alam yang eksostik berupa air terjun, sumber air panas serta alam pegunungan, Mojokerto punya situs Majapahit yang bisa dikembangkan menjadi wisata sejarah dan budaya.
Kabupaten Mojokerto juga memiliki beberapa produk unggulan yang dikembangkan melalui sentra-sentra industri kecil. Di antaranya, sentra kerajinan kuningan dan patung batu di Kecamatan Trowulan serta kerajinan sepatu yang tersebar di beberapa wilayah. Untuk memajukan industri kecil sepatu dan tas tersebut, Pemkab Mojokerto telah membangun Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan (PPST).
Namun, untuk bisa menjadi daerah tujuan wisata agaknya masih dibutuhkan kerja keras dari semua pihak. Dalam pengembangan industri pariwisata, peran serta masyarakat justru tidak bisa diabaikan begitu saja. Merekalah yang sebernanya bakal menikmati ‘kue’ setelah dunia pariwisata benar-benar maju.
Sektor pariwisata memang harus dipandang sebagai sebuah industri. Untuk memajukannya dibutuhkan manajemen yang profesional dari lintas sektoral. Butuh komitmen yang kuat dan sungguh-sungguh dari pemerintah daerah, pelaku usaha, serta masyarakat.
Sayangnya, hingga kini Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA) dan Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) yang menjadi pilar sektor pariwisata belum terbentuk di Kabupaten Mojokerto. Satu-satunya pelaku usaha pariwisata hanyalah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
“Tanpa kehadiran mereka, jelas kami tidak bisa berbuat banyak karena merekalah yang memiliki jaringan untuk menggaet wisatawan untuk datang ke sini,” terang Drs Affandi Abdullah MPd, Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto.
Karena keterbatasan anggaran, yang bisa dilakukan Pemkab Mojokerto hanya memperbaiki akses menuju beberapa objek wisata. Kendala terbesar untuk mencapai beberapa objek wisata seperti situs Petirtaan Jolotundo dan Air Terjun Dlundung di Kecamatan Trawas serta Air Terjun Coban Canggu di Kecamatan Pacet, karena kondisi jalannya yang buruk dan jauh.
Sebagai daerah bekas pusat Kerajaan Majapahit, kerajaan terbesar yang ada di Nusantara, Kabupaten Mojokerto memiliki banyak situs yang tersebar di beberapa titik. Untungnya, kini sudah berdiri Pusat Informasi Majapahit (PIM) di Trowulan, sehingga pengunjung tidak perlu lagi bingung jika ingin mengetahui lebih jauh tentang Majapahit.
Beberapa situs Majapahit yang banyak didatangi pengunjung wisatawan di antaranya, Petirtaan Jolotundo di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, makam tokoh penyebar Islam di zaman Majapahit Syech Jumadil Kubro, Makam Pitu (makam Kencono Wungu) serta Pendopo Agung di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan.
Namun, orang-orang yang datang ke situs Majapahit itu bukanlah untuk pelesir. Dari sekitar 1.300 pengunjung per bulan yang datang ke Petirtaan Jolotundo, sebagian besar berniat melakukan ritual. Jolotundo didatangi banyak pengunjung terutama saat 1 Sura, malam Jumat Legi, serta malam bulan purnama.“Sekitar 80 persen orang yang datang ke sini karena alasan ritual,” jelas Sutaji, pegawai Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jatim di Petirtaan Jolotundo
Sumber : Surya Online