20.58
0
Perintis Pesantren Putri, Fokus Bidang Fikih

Pesantren yang didirikan salah satu pendiri NU, KH Bisri Syansuri pada 1917 ini termasuk pesantren besar di Jombang.

ROJIFUL MAMDUH, Jombang

---

ANDIL pesantren terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara cukup besar. KH Bisri Syansuri tercatat pernah menjabat sebagai Rois Aam PB NU. Juga sebagai anggota DPR RI. Bukan hanya itu, dia juga termasuk perintis adanya pesantren putri untuk kali pertama.

''Setelah nyantri pada KH Hasyim, beliau (KH Bisri) mendirikan pesantren dan pesantren putri. Pendirian pesantren putri tersebut semula sempat ditentang oleh KH Hasyim. Tapi setelah beberapa lama KH Hasyim akhirnya merestui,'' terang Haji Abdus Salam (Gus Salam, Red) pengasuh PP Mambaul Maarif.

Selain itu, KH Bisri juga terkenal sebagai ulama yang ahli dalam bidang fikih. Bahkan dalam salah satu bukunya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan presiden RI menulis bahwa sang kakek (KH Bisri) merupakan pecinta fikih sampai akhir hayat.

''Kekukuhan KH Bisri dalam memegang fikih memang luar biasa,'' terangnya. Pada saat presiden Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1955 lantas membentuk DPR Gotong Royong (DPR GR), KH Bisri menentang keras keputusan tersebut. Alasannya, DPR atau dalam istilah fikihnya disebut ahlul hal wal aqdi yang sudah ada dipilih oleh rakyat.

Sehingga tidak bisa dibubarkan begitu saja kemudian digantikan oleh orang-orang yang ditunjuk begitu saja. Karenanya dia menyatakan DPR GR ilegal. Sikap keras KH Bisri tersebut membuat dirinya tidak masuk dalam DPR GR. Meski sebelumnya dia masuk sebagai representasi NU.

Lain halnya dengan sikap KH Wahab Chasbullah, kakak ipar KH Bisri yang juga salah satu pendiri NU serta pesantren Bahrul Ulum Tambakberas. Kala itu KH Wahab menganggap bahwa DPR GR legal. Sehingga bisa merekomendasikan sejumlah kader NU untuk menjadi anggota DPR GR. ''Pertimbangan Kiai Wahab menganggap legal memang agar NU tetap bisa mewarnai dan tidak ditinggal,'' ungkapnya.

Perbedaan sikap tersebut dipegang dengan kuat oleh keduanya. Bahkan meski dirayu dengan cara apapun, Kiai Bisri tetap kukuh dengan pendiriannya. ''Sampai pernah Kiai Wahab menjamu Kiai Bisri dengan makanan yang dimasaknya sendiri. Kiai Bisri mau datang dan makan, tapi sebelum makan bilang, soal makan monggo, tapi soal DPR GR tetap ilegal,'' ceritanya.

Gus Salam menyatakan, saat ini pihaknya ingin memfokuskan pesantren dalam pengembangan ilmu-ilmu fikih. Sebagaimana citra yang telah dimiliki pendirinya. Namun dengan tetap mengakomodir pendidikan modern.

Ponpes Denanyar dirintis oleh KH Bisri Syansuri sekitar tahun 1917. Beliau adalah ulama kelahiran Jawa Tengah. Pada awalnya pesantren hanya dikhususkan bagi santri putra. Karena pada saat itu, tidak lazim, ada santri putri mondok di pesantren.

Namun, Kiai Bisri akhirnya membuka pesantren untuk santri putri pada tahun 1921. Dua tahun kemudian, yaitu mulai tahun 1923, Kiai Bisri membuka sistem pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) Mambaul Huda. Yang selanjutnya berganti nama menjadi Mambaul Maarif. Mulai saat itu, pesantren Denanyar juga dikenal dengan nama ponpes Mambaul Maarif.

Sebagai kelanjutan dari sistem pendidikan dasar, maka harus ada pendidikan lanjutan. Maka pada tahun 1925, dibukalah Madrasah Tsanawiyah Putra. Disusul dengan Madrasah Tsanawiyah Putri pada tahun 1958. Kemudian, pada tahun 1962 dibuka Madrasah Aliyah Putra Putri. Akhirnya berdasarkan SK Menteri Agama RI No 24 tahun1969, lembaga Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang sebelumnya masih berstatus swasta menjadi negeri, yaitu MTsN dan MAN.

Tetapi sebagai upaya untuk terus meningkatkan pengembangan institusi pendidikan masa kini dan masa depan, maka didirikanlah Madrasah Tsanawiyah Mambaul Ma'arif (status swasta) tahun 1993. Kemudian Madrasah Aliyah Mambaul Ma'arif (status swasta) pada tahun 2000. Dengan menggunakan sistem kurikulum terpadu yang mengacu pada kurikulum tetap dan kurikulum pesantren dengan spesifikasi ilmu-ilmu agama, bahasa Arab, bahasa Inggris.

Ada juga sekolah kejuruan dengan nama SMK Bisri Syansuri yang mulai dibuka pada tahun 1999. Disamping itu, Yayasan Mambaul Ma'arif juga mendirikan institusi pendidikan penunjang sebagai peletak tata nilai Islam dalam mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan. Diantaranya: Taman Pendidikan Alquran (TPQ), Madrasah Diniyah serta lembaga Bahasa Arab dan Inggris (LBAI).

Sumber : Jawa Pos