02.41
0
Selektif Pilih Santri, Puasa Ngaji Jarak Jauh

Pesantren yang didirikan (Alm) KH Zainudin puluhan tahun silam ini sempat memicu kontroversi karena dianggap mengamalkan hal-hal yang diluar syariah.

ROJIFUL MAMDUH, Jombang

---

SEJUMLAH kegiatan yang dilaksanakan di pesantren At-Taufiq sempat dinilai menyimpang. Hampir saja MUI mengeluarkan fatwa haram dan sesat untuk sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam pesantren. Beruntung setelah MUI turun dan menerima penjelasan dari pengasuh, fatwa tersebut urung dikeluarkan.

''Karena memang semua yang kita lakukan disini ada dasar dan rujukannya,'' terang Gus Saifur, salah satu penerus pesantren At-Tauqiq. Gus Saifur merupakan cucu KH Zainudin. Ayahnya, (alm) KH Baihaqi menjadi penerus pesantren pasca meninggalnya KH Zainudin. Saat ini, pesantren diasuh oleh saudara ipar Gus Saifur yakni KH Abu Naim Muis Idris (Gus Naim), putra pendiri pesantren Al-Munir Situbondo.

Aktivitas yang dianggap MUI menyimpang yakni serangkaian kegiatan yang digelar saat menyambut tahun baru hijriyah 1 Muharram atau yang juga dikenal dengan peringatan 1 Sura. Pada pagi hari, peringatan 1 Suro diawali dengan menyembelih beberapa ekor ayam kampung. ''Jumlahnya sesuai hasil ikhtiar,'' ucap Gus Saifur.

Mengacu pada petunjuk para leluhur dan wali berdasarkan komunikasi yang dilakukan Gus Naim. Agar peantren mendapatkan kebaikan dan daerah Jombang terhindar dari bencana. ''Pernah diminta nyembelih 900 ayam. Waktu Sura kemarin nyembelih 650 ekor ayam,'' ungkapnya. Semua ayam tersebut disediakan oleh pesantren.

Setelah disembelih, ayam tersebut ditusuk dengan tusuk dari bambu bertuliskan asmaul husna lantas digunakan untuk membakarnya. Nantinya, ayam-ayam tersebut dibagikan pada jamaah. Sementara tusuknya, dipasang di blandar rumah sebagai pelindung. ''Ada warga Pasuruan, saat pasar terbakar, semua rumah terbakar. Tetapi tempat orang yang rumahnya diberi tusuk tadi, selamat,'' ceritanya.

Pada malam harinya, dilakukan salat-salat sunnah sejak mulai usai Magrib sampai usai Isya. Lantas dilanjutkan dengan membaca salawat dan kenduri. Saat kenduri, disediakan tiga warna nasi yakni merah, putih dan kuning. Serta kuwade berisi buah-buahan. ''Buah-buahnya biasa menjadi rebutan. Karena bisa untuk mengurangi rasa sakit dalam tubuh, tapi harus dimakan di rumah,'' jelasnya.

Pada saat itu, jamaah juga diberi air dari beberapa sumber mata air termasuk zamzam yang memiliki banyak faedah. Semua itu menggabungkan unsur Islam dan Jawa. Makanya sempat menuai reaksi. ''Kita juga pernah pentaskan wayang di acara puncak,'' terangnya.

Terlepas dari kontroversi itu, Pesantren At-Taufiq terbilang cukup istimewa. Sejak didirikan, pesantren tersebut selalu selektif memilih santri. ''Sejak jaman kakek sampai sekarang pengasuh istikharah dulu sebelum menerima santri. Kalau hasil istikharah baik ya diterima. Tapi kalau tidak terpaksa ditolak. Ada banyak santri yang mau mondok tapi ditolak,'' ungkapnya.

Selama puasa ini, pesantren juga mengadakana pengajian istimewa. Yakni pengajian jarak jauh dengan teleconference. Karena sang pengasuh, Gus Naim, juga harus mengaji di pesantren yang didirikan ayahnya yakni Pesantren Al-Munir Situbondo. Karena itu para santri Pesantren At-Taufiq terpaksa mengikuti pengajian Gus Naim dengan telekonference. Setiap usai Subuh mengaji kitab Arbain Nawawi dan usai tarawih mengaji Mauidzoh Usfuriyah.

Sumber : Jawa Pos