02.41
0
Siswa kelas XII SMK Putra Bangsa 
Mojokerto-(satujurnal.com)
13 dari 23 siswa Kelas XII SMK Putra Bangsa Kota Mojokerto gagal mengikuti ujian nasional (UN) lantaran tak terdaftar dalam daftar nominasi tetap (DNT).

Ironisnya, yang mengganjal mereka menjadi peserta UN yakni Dinas P dan K setempat.

"Secara administratif semua persyaratan untuk mengikuti UN kami penuhi. Antara lain DNS ,data-data buku induk, rapor tidak terpenuhi. Tapi Dinas P dan K menyatakan tidak memenuhi syarat sehingga dari daftar nominasi sementara (DNS) peserta UN," kata Kepala SMK Putra Bangsa, Agus Ubaidillah, Senin (10/03/2014).

Agus pun mensinyalir, digagalkannya kelimabelas siswanya mengikuti UN cenderung subyektif. "Dugaan pribadi saya, ini kesengajaan pihak Dinas P dan K dan persaingan SMK swasta lainnya sehingga banyak siswa kami digagalkan ikut UN," klaim Agus.

Kepala Dinas P dan K Kota Mojokerto, Hariyanto menepis tudingan sengaja memangkas peserta SMK Putra Bangsa. "Kita sudah kasih kesempatan perbaikan data siswa, buku induk , rapor dan lainnya. Tapi sampai batas waktu yang ditentukan pihak sekolah tidak bisa memenuhi persyaratan 15 siswa masuk DNT," katanya.

Yang dapat DNT, lanjut Antok sapaan Hariyanto, hanya 8 siswa. Antok pun menyebut pintu UN untuk kelimabelas siswa itu sudah tertutup.

"Kami jelas tak mungkin lah mencoret siswa sehingga tak bisa ikut Unas. Justru kami akan perjuangkan demi hak pendidikan anak. Mereka kami coret karena tak layak masuk DNT," terang dia.

Bahkan, kelima belas siswa SMK tersebut dalam catatan Dinas P dan K tergolong siswa fiktif. Dari 23 siswa kelas tiga, hanya delapan siswa yang memang murni siswa. Selebihnya atau 15 siswa itu siswa abal-abal. Kondisi itu diketahui saat tim Dinas P dan K mendatangi sekolah saat jam pelajaran berlangsung.

Arifin Subkhi, koordinator Pengawas Sekolah di Dinas P dan K Kota Mojokerto menjelaskan bahwa timnya menemukan ada yang tidak beres dari SMK Putra Bangsa. Tim datang karena untuk mengecek kelengkapan siswa sebelum masuk daftar nominasi tetap (DNT) peserta Unas. Sekitar Oktober ke sekolah. Namun mereka mendapati hanya ada sembilan anak yang belajar.

"Bahkan kelas satu dan dua tak ada. Sementara kelas tiga, hanya ada sembilan siswa yang masuk. Itu pun sang guru tidak dalam posisi mengajar. Ini faktanya. Kami pun mencoret 15 siswa dari peserta Unas karena tak dilengkapi syarat utama masuk DNT," kata Arifin.

Jumadi, Kabid SMK Dindik Kota Mojokerto juga menjelaskan bahwa tim verifikasi mendapati bahwa jumlah DNT yang diajukan ke Dindik tak sesuai realita. Mereka juga menemukan tak ada aktivitas belajar untuk siswa kelas 1 dan 2. Karena tak sesuai fakta, Dindik Jatim pun meminta Dinas P dan K Kota memastikannya.

Sebelum ditetapkan siswa masuk DNT, sekolah harus menyertakan buku induk, rapot, dan riwayat pendidikan berjenjang. Namun setelah dicek, kelima belas siswa itu tak memiliki persyaratat ini. "Kalau memang siswa mutasi atau pindahan harus ada dokumen pendukung tadi," kata Jumadi. (one)