12.49
0
Bila mengunjungi Kabupaten Mojokerto, tak ada salahnya singgah sejenak di Museum Trowulan. Museum ini merupakan museum istimewa karena 80% koleksinya adalah peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Dalam pelajaran sejarah, Majapahit disebut sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara yang berdiri pada 12 November 1293 dan bertahan selama 2 abad, dari abad ke-13 hingga abad ke-15. Ketika dipimpin oleh Gadjah Mada dan Hayam Wuruk, kerajaan ini mengalami masa kejayaannya sehingga berekspansi ke Malaysia dan Thailand.

Namun, setelah bergonta-ganti kekuasaan dan dilanda perang saudara yang dikenal dengan nama Perang Paregreg, kerajaan ini kemudian hancur. Ibukotanya beberapa kali mengalami perpindahan, dan yang terakhir di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

Sebagai ibukota terakhir Kerajaan Majapahit, Kecamatan Trowulan kaya akan peninggalan-peninggalan berupa Gapura Bajang Ratu, Candi Kedaton, Candi Tikus, Kolam Segaran, dan lain-lain. Di samping itu, masih banyak peninggalan yang berupa komponen bangunan, artefak, dan arca-arca yang jumlahnya ribuan. Sisa-sisa puing Kerajaan Majapahit itulah yang kini berada di Museum Trowulan. Awal mula berdirinya museum ini adalah ketika RAA Kromojoyo Adinegoro, Bupati Mojokerto sebelum Indonesia merdeka, bekerja sama dengan Henricus Maclaine Pont, arsitek asal Belanda lulusan Technische Hogesholl Delft (THD), pada tanggal 24 April 1924 mendirikan Oudheeidkundige Vereeneging Majapahit (OVM). Perkumpulan ini secara aktif melakukan penelitian tentang keberadaan Istana Majapahit. Kantor OVM menempati sebuah gedung di Jalan Raya Trowulan yang juga menjadi tempat tinggal Henricus Maclaine Pont beserta keluarganya.

Melalui penelitian, penggalian, dan penemuan masyarakat setempat, OVM yang dipimpin Henricus Maclaine Pont cukup berhasil menyibak keanekaragaman peninggalan Kerajaan Majapahit. Benda-benda penemuan dikumpulkan di kantor OVM. Karena jumlah penemuannya terus bertambah, maka pada tahun 1926, Bupati RAA Kromojoyo Adinegoro menginstruksikan untuk membangun gedung baru guna menampung sejumlah peninggalan Kerajaan Majapahit. Gedung baru inilah yang merupakan cikal bakal Museum Trowulan. Namun, setelah pergantian kekuasaan dari penjajahan Belanda ke penjajahan Jepang, Henricus Maclaine Pont yang sebelumnya cukup berjasa dalam melestarikan peninggalan Kerajaan Majapahit, ditawan Jepang karena berkewarganegaraan Belanda. Akhirnya, Museum Trowulan pun ditutup. Barulah pada tahun 1943 atas perintah Prof. Kayashima, pemimpin Kantor Urusan Barang Kuno (KUBK) di Jakarta, Museum Trowulan dibuka kembali. Dalam perkembangannya, Museum Trowulan yang berada di bawah pengawasan Kantor Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional (KLPPN) Cabang II di Mojokerto tidak hanya mengumpulkan barang-barang peninggalan Kerajaan Majapahit asal Trowulan, tapi juga peninggalan-peninggalan kerajaan dari daerah lain. Karena itu jumlah koleksi Museum Trowulan pun makin meningkat dan akhirnya tidak muat lagi. Kemudian dibangunlah gedung baru lagi berlantai dua di sebuah lapangan, yang oleh masyarakat dikenal dengan nama Lapangan Bubat, dengan luas areal 57.255 meter persegi. Sejak 1 Juli 1987 barang-barang dari museum lama dipindah ke gedung baru yang jaraknya sekitar 2 km. Di lokasi inilah Museum Trowulan berdiri sampai sekarang. B. Keistimewaan Museum Trowulan mempunyai banyak koleksi benda bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1999 jumlah koleksinya kian bertambah, karena ada penambahan koleksi dari Gedung Arca Mojokerto. Hingga saat ini, tahun 2008, jumlah koleksi museum telah mencapai sekitar 80.000 koleksi benda purbakala, yang diklasifikasikan dari mulai periode prasejarah, periode klasik (zaman Hindu dan Buddha), periode Islam, hingga periode kolonial. Karena jumlah koleksi yang begitu banyak, museum ini pada tanggal 1 Januari 2007 ditetapkan sebagai Pusat Informasi Majapahit (PIM). Wisatawan yang mengunjungi museum ini dapat menyaksikan koleksi benda-benda peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit, di antaranya prasasti, arca, artefak, senjata tradisional, dan alat kesenian tradisional. Selain itu, pengunjung juga bisa belajar sejarah politik dan ekonomi pada masa Majapahit karena museum ini menyimpan relief, patung, uang kepeng, dan kelereng tanah liat, yang menggambarkan kegiatan perdagangan Majapahit dengan pedagang-pedagang dari Cina. Tak dipungkiri, Museum Trowulan adalah sebuah tempat yang menyimpan kekayaan sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit yang menjadikannya sebagai sarana pusat penelitian, pengembangan budaya, dan pendidikan yang bernilai sejarah.
Arca Wisnu Naik Gajah C. Lokasi Museum Trowulan berlokasi di Jalan Raya Trowulan, Dusun Unggahan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. D. Akses Akses menuju Museum Trowulan tidak terlalu sulit. Bagi wisatawan yang berangkat dari Terminal Bungurasih Surabaya dapat menggunakan bus umum jurusan Mojokerto. Dari Terminal Mojokerto pengunjung dapat menggunakan angkutan kota menuju Kecamatan Trowulan. Setelah sekitar 15 menit dan membayar ongkos sekitar Rp 2.000 (Juli 2008), pengunjung dapat turun di depan Museum Trowulan. Sedangkan bagi wisatawan yang berangkat dari Terminal Jombang dapat menggunakan mini bus jurusan Mojokerto, kemudian turun di depan Museum Trowulan dengan membayar ongkos sekitar Rp 7.500 (Juli 2008). E. Harga Tiket Wisatawan yang berkunjung ke museum ini dikenai biaya yang berbeda-beda. Untuk pengunjung umum dikenai biaya sebesar Rp 2.500, sedangkan untuk pengunjung anak-anak, pelajar, dan mahasiswa dikenai biaya sebesar Rp 1.000. Dan khusus untuk turis asing dikenai biaya sebesar Rp 5.000. Museum ini buka pada hari Senin hingga Sabtu, sedangkan untuk hari Minggu dan hari besar tutup. Untuk hari Senin hingga Kamis, museum buka pada pukul 07.30 sampai pukul 16.00 WIB. Sedangkan pada hari Jumat buka dari pukul 07.30 sampai pukul 11.30 WIB, dan pada hari Sabtu buka pada pukul 07.30 sampai pukul 13.30 WIB.
Pintu Masuk Museum Trowulan F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya Selain memamerkan benda-benda bersejarah jejak peninggalan Kerajaan Majapahit, museum ini juga menyediakan fasilitas penunjang, seperti ruang pertemuan, tempat shalat, taman, toilet, dan perpustakaan. Di perpustakaan museum ini terdapat berbagai buku sejarah, naskah kuno, jurnal, peta, dan koleksi lainnya yang berkaitan dengan Kerajaan Majapahit. Bagi wisatawan yang ingin menyusuri lebih jauh lokasi Kerajaan Majapahit, tidak perlu khawatir. Di sekitar museum ini terdapat Candi Gentong, Candi Brahu, Candi Minak Jinggo, Candi Tikus, Makam Putri Campa, Makam Siti Inggil, Kuburan Panjang, Situs Sumur, Kolam Segaran, Gapura Bajang Ratu, Situs Pemukiman Segaran, Situs Pendopo Agung, Situs Sentonorejo, Situs Kedaton, Situs Yoni Klinterejo, Gapura Wringin Lawang, dan Makam Troloyo. Situs Sumur dan Kolam Segaran, misalnya, yang jaraknya sekitar 300 meter dari Museum Trowulan, mencerminkan kesuburan dan kemampuan Kerajaan Majapahit dalam beradaptasi dengan lingkungan. Kesuburan tersebut juga dapat dilihat di Candi Tikus atau di Gapura Bajang Ratu, yang di sekitarnya dikelilingi halaman luas dengan hamparan rumput hijau.

Source dari : http://wisatamelayu.com