MOMENTUM bulan Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1430 Hijriyah membuat perajin bedug di Desa Japanan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto kelabakan. Hampir setiap hari pesanan bedug terus meningkat mengejar Lebaran tiba.
Sakip, 60, misalnya. Perajin yang membuka usahanya sejak lima tahun lalu itu terus menerima pesanan dari para pengurus masjid yang berada di wilayah Mojokerto dan Jombang. ''Dalam sehari, kami mampu memproduksi 10 hingga 15 bedug. Kami berusaha memenuhi permintaan konsumen,'' ujarnya seraya mengaku di saat bulan Ramadan ini peningkatan pesanan bedug mencapai hingga 100 persen dari bulan-bulan sebelumnya.
Sakip menuturkan, bedug buatannya itu terbagi menjadi dua macam, yakni menggunakan kulit kerbau dan kulit sapi. Satu bedug yang dibuat dari tong atau drum bekas dijual dengan harga Rp 550 ribu hingga Rp 600 ribu per buah. ''Ukurannya berbeda-beda yakni berdiameter 60 sampai 85 sentimeter. Hal ini dilakukan agar beragam sehingga konsumen tinggal memilih,'' ujarnya yang enggan memberitahukan omset per bulan.
Dikatakannya, kebanyakan pembeli memilih kulit sapi untuk membuat bedug karena bila sudah dijadikan bedug, suaranya bagus. ''Beda dengan kulit kerbau,'' tuturnya.
Padahal, lanjut dia, kualitas bedug kulit sapi kurang bagus dibandingkan kulit kerbau. Bedug kulit sapi maksimal tahan pakai selama satu hingga satu setengah tahun, tetapi kalau kulit kerbau awetnya bisa sampai lima tahun. ''Harganya pun lebih mahal dibandingkan kulit sapi. Kulit kerbau dijual dari Rp 80 ribu hingga Rp130 ribu per buah, sementara kulit kerbau dijual Rp 60 ribu hingga Rp 80 ribu per buah,'' ucapnya.
Sumber : Jawa Pos