Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng
Cetak Ribuan Qori dan Penghafal Quran
Meski usianya terbilang muda, pesantren yang berdiri tahun 1971 ini mampu menjadi mercusuar pesantren untuk para penghafal.
ROJIFUL MAMDUH, Jombang
---
SAMPAI saat ini, telah ribuan qori dan penghafal Quran yang dicetak Madrasatul Quran (MQ). Pada setiap penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional, hampir selalu ada santri dan alumninya yang mampu menjadi juara. Baik yang tampil atas nama Jombang maupun daerah lainnya. ''Santri kita memang berasal dari seluruh wilayah nusantara,'' urai KH Abdul Hadi Yusuf, pengasuh MQ.
Para santri dan alumni MQ terasah tampil di semua cabang yang dilombakan dalam MTQ. Mulai qiroah bi nadzar, hifdzil dari 1 juz sampai 30 juz, tafsir , syarhil Quran, tartil Quran, fahmil Quran maupun khottil atau kaligrafi ayat-ayat Quran.
''Kita memang punya agenda rutin untuk menggelar lomba pada semua cabang tersebut,'' terangnya. Mulai dari tingkat kamar, antar kamar dalam satu komplek, juga antar komplek dalam satu lingkup pesantren.
Setiap hari, dari bangun tidur sampai tidur lagi, para santri memang tidak lepas dari mempelajari Alquran. Usai shalat Subuh, para santri sudah harus setoran Alquran. Santri program hafalan menyetorkan tambahan hafalan baru, sedangkan santri lainnya menyetorkan bacaan baru.
Setelahnya, para santri mengikuti pelajaran sekolah di kelas sampai tengah hari. Materi ajar di sekolah juga tidak lepas dari Alquran. ''Materi umum hanya 40 persen. Sementara yang 60 persen ilmu agama termasuk Alquran,'' terangnya.
Saat ini, dilingkungan pesantren telah terdapat MTs, Aliyah dan SMP.
Usai salat ashar, santri kembali diharuskan mengulang bacaan Quran secara mandiri. Setelah magrib, baru dilanjutkan dengan mudarosah kelompok. Para santri membentuk kelompok yang terdiri dari tiga orang. Satu santri menjadi penghafal, satu penyimak tanpa mushaf Quran dan satu lagi menyimak dengan membuka mushaf Quran. Selepas shalat Isya, para santri mengikuti jam wajib belajar yakni mendalami materi ajar sekolah di kelas.
Keberadaan MQ tidak lepas dari Pesantren Tebuireng. Pendiri pesantren Tebuireng KH Hasyim Asyari sangat menyukai lembaga pendidikan Alquran. Dia juga sangat menyukai santri yang hafal Quran. ''Sekitar tahun 1923, di Tebuireng bahkan telah ada santri yang bergiliran menjadi imam salat tarawih sepanjang bulan Ramadan dengan bacaan Alquran sampai hatam.''
Pada 1936, KH Wahid Hasyim mendirikan Madrasah Nidhomiyyah yang khusus mempelajari bahasa Alquran. Sampai akhirnya pada 15 Desember 1971, para kiai Tebuireng sepakat untuk membentuk MQ. Sebagai pengasuh pertama, diserahkan kepada KH Yusuf Mashar yang merupakan suami salah satu cucu KH Hasyim. ''Yang menjadi pengasuh pertama memang Abi (KH Yusuf Mashar, Red), tetapi untuk bangunan pondok, semuanya yang mendirikan KH Hamid Baidlowi, menantu KH Wahid Hasyim,'' beber KH Abdul Hadi Yusuf.
Sumber :Jawa Pos