Setelah dipercaya banyak orang bisa mengobati penyakit, kehidupan Muhammad Ponari dan keluarganya naik kelas. Bocah 9 tahun itu kini mulai bersentuhan dengan mainan mahal. Bahkan, dia segera membangun rumah baru.
Berita soal Ponari yang bisa mengobati berbagai macam penyakit dengan batu yang dicelupkan di air memang sempat menghebohkan. Bahkan, saat itu sampai ada beberapa pasien yang mati karena antre demi mendapatkan pengobatan dari Ponari.
Tempat praktik Ponari di Dusun Kedungsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, pun sempat disegel polisi. Bocah yang awalnya dari keluarga sangat miskin itu sempat tak boleh buka praktik. Banyak pihak turun tangan untuk menangani kehebohan tempat praktik Ponari. Mulai menteri, Ketua Umum PB NU KH Hasyim Muzadi, tokoh ormas keagamaan nasional lainnya, tokoh ormas setempat, hingga bupati Jombang.
Kini, Ponari boleh berpraktik lagi. Hanya, jadwal praktiknya diatur, menyesuaikan dengan jadwal sekolahnya.
Senin-Kamis, Ponari buka praktik pukul 14.00–16.00. Khusus Jumat, libur. Pengobatan dilanjutkan lagi pada Sabtu, pukul 14.00–16.00. Khusus Minggu, karena sekolah libur, Ponari buka praktik pukul 07.00–12.00. Setelah itu, istirahat dan buka lagi pukul 14.00–16.00.
Dari pengamatan Radar Mojokerto (Jawa Pos Group), pasien yang datang di tempat praktik Ponari saat ini menurun. Jika pada awal-awal buka praktik, pasien yang antre sehari bisa mencapai puluhan ribu, kali ini berkisar di angka ribuan. Seperti yang diamati Radar Mojokerto pada Kamis pekan lalu, pasien yang datang sekitar 1.000. Dan kali ini memang ditata lebih rapi. Misalnya, sekali masuk, ada lima ember milik lima orang yang dilayani Ponari.
“Sekarang jumlah pasien yang datang memang agak menurun. Tetapi kalau hari Minggu, tetap saja ramai,” ungkap Wawan, salah seorang tukang ojek yang mangkal di sekitar tempat praktik Ponari.
Di tengah-tengah kegiatannya melayani pasien, Ponari juga mulai rajin sekolah. Dia kini duduk di bangku kelas III di SD Balongsari I, Megaluh, Jombang, dan baru saja menempuh ujian tengah semester.
Lantas, bagaimana dengan kehidupan keluarga Ponari? Dari pantauan Radar Mojokerto, gaya hidup keluarga itu memang belum berubah drastis. Salah satunya bisa dilihat dari sisi penampilan Kamesin dan Mukaromah (keduanya ayah dan ibu Ponari), maupun kerabat dekat lainnya, yang tak banyak berubah.
Tapi, khusus untuk Ponari, dia kini tak lagi bermain kelereng atau gasing.
Tapi, dia kini sudah akrab dengan mainan-mainan mahal. Setidaknya ada 2 item milik Ponari yang tergolong mewah. Yakni HP Nokia tipe N95 dan Playstation 2 (PS 2).
“Biasanya kalau sedang santai di rumah, dia menghabiskan waktu untuk main Playstation,” kata Paeno, salah satu paman Ponari.
Tak hanya itu, Ponari yang dulu serba kekurangan, kini sudah mengenyam berbagai fasilitas pendidikan tambahan. Antara lain, les privat, yakni mendatangkan guru ngaji. Setiap Senin sampai Sabtu, Ponari kedatangan guru ngaji pada pukul 17.00. Selepas Magrib, bocah itu mengikuti les privat. Pengajarnya adalah salah satu guru di sekolah Ponari sendiri. Apakah les tambahan itu sudah tampak hasilnya bagi kemampuan akademik Ponari? Paeno membenarkannya. “Meski belum banyak perubahan, yang jelas, dia tampak lebih mudah dalam menangkap pelajaran,” ujar Paeno.
Saat ini, rumah lama Ponari yang terbuat dari gedhek (anyaman bambu) sudah hilang tak berbekas. Rumah itu sengaja dibongkar. Puing-puing rumah itu sebagian sudah dibakar dan sebagian lagi dibuang ke Sungai Brantas.
Kini keluarga Ponari masih menumpang di rumah Ny Ndawuk, yang selama ini halamannya dijadikan tempat praktik. Namun, bukan hal sulit bagi keluarga Ponari untuk membangun rumah baru.
Salah satu sumber di pihak keluarga menyebut, tabungan keluarga Ponari sudah ada di kisaran Rp 2 miliar. “Mungkin kisarannya segitu (Rp 2 miliar, Red). Tapi pastinya saya tidak tahu. Karena sudah ada yang khusus mengurusi masalah itu,” ujar sumber yang tidak mau namanya dikorankan ini.
Ditambahkan, uang miliaran rupiah itu disimpan di rekening salah satu bank milik pemerintah, atas nama Ny Mukaromah, ibu Ponari.
Sumber ini juga menyebut, keluarga Ponari telah membeli lahan seluas 400 meter persegi dari salah seorang kerabat dekat mereka. Lahan yang berada tepat di depan rumah lama Ponari itu dibeli Rp 40 juta. Mungkin, lahan itu akan digunakan untuk membangun rumah baru Ponari. Namun saat ditanya soal itu, Paeno enggan memastikan. ‘’Kalau masalah membangun rumah, itu bisa di mana saja. Itu tergantung keluarga Ponari sendiri,” cetusnya.
Di bagian lain, Kepala SDN Balongsari I Miharso mengungkapkan, Ponari tidak lagi sering membolos. Sebab, praktiknya dibuka siang sampai sore hari. Miharso mengakui bahwa prestasi akademik Ponari tergolong di bawah rata-rata. Karena itu, pihak sekolah berupaya meningkatkan kemampuan akademik Ponari. Miharso juga berharap dukun cilik itu bisa naik kelas pada tahun ini. “Dengan fasilitas yang lebih memadai, kami berharap Ponari bisa naik kelas,” pungkas Miharso.
Sumber : Radar Yogya (Jawa Pos Group)