Pesantren Modern Pengusung Pendidikan Seumur Hidup
Salah satu pesantren terbesar di Jombang ini bisa jadi merupakan pesantren yang paling adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan metodologi pengajaran modern.
ROJIFUL MAMDUH, Jombang
---
PESANTREN yang dirintis KH Tamim Irsyad Madura ini setidaknya telah mengalami empat fase perkembangan. Yakni fase perintisan oleh KH Tamim selaku pendiri pada 1885 yang memprioritaskan konsolidasi dengan masyarakat lokal. ''Fase itu cukup berhasil. Terbukti dengan menyatunya pesantren dengan masyarakat. Sehingga sampai sekarang tidak ada batas antara pesantren dan masyarakat,'' terang KH Za'imudin As'ad (Gus zuem), salah satu pengasuh PP Darul Ulum.
Pada fase kedua pesantren tersebut fokus pada pengembangan ilmu Al-Quran. Mulai tafsir dan hafalan. Pada fase itu juga mulai masuk thariqoh. Kala itu, pesantren dipimpin KH Umar Tamim, salah satu putra pendiri, KH Tamim.
Fase ketiga yakni saat dibawah asuhan KH As'ad Umar yang merupakan generasi ketiga. Pada fase, mulai terjadi formaliasi pendidikan. Jika sebelumnya hanya diniyah, mulai dirintis pendidikan madrasah. Sejak 1967, sekolah umum baik SMP maupun SMA mulai berdiri di pesantren. Bahkan sampai sekolah yang berlabel negeri.
Namun demikian, ciri khas pesantren tetap dipertahankan dalam pendidikan formal tersebut. ''Meski sekolah negeri, seperti SMPN 3 Peterongan, tetapi didalamnya tetap ada pengajaran pendidikan agama berdasarkan literatur klasik termasuk kitab kuning,'' urainya. Sehingga santri tidak hanya mendapat materi pengajian sebatas di pondok. Tetapi juga saat dibangku sekolah.
Saat ini, memasuki fase keempat, Pesantren Darul Ulum semakin adaptif terhadap perkembangan metodologi dan keilmuan modern. ''Sekarang kita fokus mengejar ketertinggalan umat dalam keilmuan. Kita juga tidak mengenal dikotomi antara ilmu agama dan umum. Karena semuanya milik Allah dan harus di pelajari,'' urainya.
Tak heran jika saat ini pesantren tersebut telah memiliki 14 unit pendidikan mulai MI sampai perguruan tinggi. Juga 15 asrama dengan total 7000 santri. Kini, pesantren tersebut diasuh secara kolektif oleh delapan orang representasi empat keturunan KH Tamim selaku pendiri. Yakni Bani Umar yang diantaranya adalah Gus Zuem. Bani Romly yang diantaranya KH Dimyati Romly, mursyid thariqoh Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Serta bani Fatimah yang salah satu generasinya yakni KH Cholil Dahlan, ketua MUI Jombang. ''Semua perubahan di pesantren Darul Ulum dimaksudkan untuk memberi citra yang baru tentang pondok pesantren yang sebenarnya,'' terang KH Cholil. Yakni suatu wadah pendidikan yang memakai metode pengajaran ilmu pengetahuan lewat metode yang pernah dipakai oleh para sesepuh dan memakai sarana pendidikan model abad ini.
Karena itu pesantren selalu welcome dengan semua produk pendidikan modern. Saat semua pondok belum ada yang memiliki Akademi Keperawatan, pesantren ini tampil terdepan dengan mendirikan Akper Darul Ulum yang sekarang berkembang menjadi STIKES. Demikian pula saat pesantren lain belum ada yang memiliki unit pendidikan berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), pesantren ini langsung mengadopnya.
Namun, ciri pesantren klasik tetap diugemi dengan kukuh. Proses pembelajaran dikelas tetap terpisah antara putra dan putri. Jam pulang pun diatur sedemikian rupa agar tidak membuat santri putra dan putri berinteraksi di jalanan. Jam pulang kelas santri putri lebih awal 10 menit dari santri putra.
Mereka juga memberlakukan wajib belajar mandiri mulai pukul 19.00-22.00 yang disertai sanksi bagi pelanggarnya. ''Banyak santri kita yang justru mampu menjadi juru dakwah bagi lingkungannya termasuk keluarganya,'' ujar Gus Zuem.
Sumber : Jawa Pos