Kabag Humas Sumbambianto mengatakan pilihan untuk pembangunan monumen itu jatuh pada hasil rancangan karya pematung batu Ribut Sumiyono. Penawaran harga untuk patung setengah badan dari produsen patung batu Selo Adji itu hanya dipatok Rp 30 juta.
Selain pengajuan proyek dari Ribut, Pemkot Mojokerto juga menerima tawaran dari pengusaha perajin cor kuningan/perungu, Supriyadi, dan sejumlah koleganya yang bernaung dalam Forum Komunikasi Budayawan Kabupaten/Kota Mojokerto. “Yang dipilih ternyata Pak Ribut,” kata Bambi, panggilan Kabag Humas ini.
Konsep yang ditawarkan Ribut Sumiyono tergolong sederhana dan bisa mewakili sosok karakter seniman fenomenal yang dikenal nyentrik asal Lingkungan Magresari Gang Buntu Kelurahan/Kecamatan Magersari. Pertimbangan lain di antaranya karena minimnya anggaran yang dimiliki pemkot. “Meski tidak ada dalam APBD, monumen itu akan kita usahakan, karena bisa jadi sebagai salah satu ikon Mojokerto,” imbuhnya.
Karena anggarannya hanya Rp 30 juta, proyek itu tidak perlu melalui proses lelang sebagaimana umumnya proyek yang didanani APBD. Ini dari plafon yang sebelumnya mencapai Rp 150 juta bahkan bisa mencapai Rp 800 juta.”Pak Wali pilih yang ukurannya minimalis dan sederhana sehingga bisa menekan biaya. Yakni, tingginya sekitar 1 meter dengan posisi setengah badan,” kata Bambi lagi.
Lantas, di mana patung tersebut akan ditempatkan? Ada beberapa pilihan. Antara lain di Pujasera Perum Magersari Indah Kecamatan Magersari, Jl Hayam Wuruk di bagian utara Rumah Dinas Walikota, atau di utara Alun-alun Kota Mojokerto, tepatnya sebelah utara Kantor PMI Kota Mojokerto. Di dua lokasi yang disebutkan terakhir ini jaraknya cukup dekat dengan kediaman Mbah Surip di Magersari Gg Buntu. “Untuk menentukan tempatnya, akan kita koordinasikan dulu dengan DKP,” kata Bambi lagi.
Terkait penunjukan dirinya sebagai pembuat patung Mbah Surip, Ribut mengaku mengetahui dari koran. “Kalau memang saya yang diberi amanat, ya Alhamdulillah,” kata pematung berambut panjang ini.
Keinginan walikota untuk memonumenkan Mbah Surip sempat diliputi pro dan kontra. Di satu sisi, Mbah Surip sudah begitu terkenal secara nasional sehingga sebagian pihak menganggap cocok sebagai ikon Kota Mojokerto. Di sisi lain, banyak pihak menilai sosok Mbah Surip kurang layak untuk dimonumenkan karena kepopulerannya bukan karena telah mengangkat seni budaya Mojokerto.
Apa pun polemik itu, yang kelas pemkot sudah bulat untuk memonumenkan Mbah Surip yang secara tidak langsung telah mengangkat nama Mojokerto sebagai kota kelahirannya. Desain patung tersebut sudah dibuat oleh Hisyam Mawardi.
Pada patung yang akan dibuat oleh Ribut dengan media batu tersebut, posisi Mbah Surip dibuat tanpa membawa gitar yang selama ini identik dengan penampilannya. Wajah dan rambut gimbalnya dibuat persis seperti kondisi Mbah Surip pada masa hidupnya. Demikian juga topi dan cincin-cincin besar yang melekat di jari-jari tangannya.
Sumber : Surabaya Pos