Mojokerto-(satujurnal.com)
Kondisi bangunan SDN Mlirip 3, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto hasil rehabilitasi berat senilai Rp 147 juta yang bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) Pendidikan 2011 yang digarap tahun 2013 rusak parah. Sejumlah plafon gedung jebol. Rangka atap bangunan ataupun kuda-kuda tampak rapuh dan berpotensi runtuh. Beberapa tiang bambu terpaksa dipasang untuk menopang kayu rangka atap bangunan agar tidak runtuh. Indikasi yang muncul, kayu yang dipergunakan untuk rangka atap bangunan tidak sesuai dengan spesifikasi. Sehingga, kwalitas bangunan jauh dibawah standar yang ditentukan.
Sayangnya, meski kondisi bangunan yang didanai pusat itu sudah sangat mengkhawatirkan, namun sama sekali tak disentuh Dinas Pendidikan setempat.
Padahal, ancaman keselamatan siswa tak terelakkan lagi. Kepala sekolah pun memutuskan untuk tidak memanfaatkan bangunan gedung untuk kegiatan belajar-mengajar, menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Berulang kali Ketua Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, Hasan Ali menyatakan jika 77 paket pekerjaan DAK yang dikerjakan rekanan tahun 2013, diantaranya paket rehab berat SDN Mlirip 3 hanya tampak baik dibagian luar atau difisualnya saja, , namun secara riilnya tidak sesuai dengan spesifikasi tekhnis bangunan yang telah ditentukan dalam kontrak kerja.
�Salah satu alasan saya menolak menerima penyerahan pekerjaan dari rekanan, termasuk untuk SDN Mlirip 3, karena tidak sesuai dengan spesifikasi tekhnis yang di tentukan. Memang dari luar tampak bagus dan tidak bermasalah, tapi tidak untuk kualitas bangunan," tegas Ali Hasan.
Soal penanganan SDN Mlirip 3 yang hasilnya dinilai jauh dari spesifikasi teknis, Hasan mengaku jika pihaknya sudah menghubungi rekanan yang bersangkutan.
"Untuk SDN Mlirip 3, sudah kita rekomendasikan pada pihak rekanan untuk melakukan pembongkaran. Saya tekankan agar dikerjakan secepatnya. Karena memang kondisi bangunan hasil garapan rekanan ini parah dan sangat mengkhawatirkan. Sewaktu-waktu atap bangunan bisa saja runtuh,� tandas Hasan.
Sulastri, salah satu wali murid SDN Mlirip 3 mengaku miris melihat kondisi bangunan sekolah tempat anaknya belajar. �Terus terang saya dan semua wali murid sangat khawatir kalau atap bangunan yang baru saja selesai dibangun itu runtuh dan menimpah anak kami. Bisa dilihat, bila plafonnya sudah banyak yang jebol. Selain itu, kuda kuda atau kayu rangka atap bangunan tersebut saat ini disangga dengan bambu untuk mencegah agar atap tidak ambruk," cetus Sulastri.
Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Mlirip 3 mengaku tak tahu menahu soal pembangunan gedung sekolah tersebut.
�Terus terang kami tidak tahu sama sekali soal kualitas bangunan dan lain-lain yang digarap rekanan. Semua ditangani langsung Disdik (Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto),� kelit dia, singkat. (bir)