Jombang-(satujurnal.com)
Umat Kristiani Jemaat Gereja Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno, Jombang menggelar tradisi Undhu-Undhu, Minggu (18/05/2014). Dalam Tradisi Ini, berbagai macam hasil bumi maupun hewan ternak dilelang dan hasilnya untuk keperluan gereja.
Tradisi Unduh Unduh yang ada sejak ratusan tahun tersebut sampai saat ini tetap dipertahankan. Dalam ritual upacara tradisional Undhuh-undhuh terkandung makna persembahan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panenan.
Upacara tradisional Undhuh-undhuh yang sudah menjadi adat-istiadat masyarakat setempat ini pun kini dijadikan kalender tahunan prosesi keagamaan Jemaat GKJW Mojowarno.
Untuk prosesi arak-arakan Undhuh-Undhuh, warga masyarakat sudah mempersiapkannya sejak jauh hari. Pasalnya, hasil bumi berupa padi, sayuran, palawija ataupun lainnya terlebih dahulu mereka desain dengan berbagai ragam bentuk dan hiasan. Bentuknya bermacam-macam sesuai dengan tema yang diusung oleh masing-masing blok.
Di Mojowarno terdapat 6 blok terdiri dari blok Mojowangi,blok Mojotengah,blok Mojoduwur, blok Mojowarno,blok Duwur,dan blok Mojo jejer. Ratusan warga jemaat GKJW berlomba untuk menghias mobil maupun gerobak beraneka bentuk dan ragam.
Satu persatu mobil hias yang dipenuhi dengan hasil bumi diantaranya padi,dan hasil kebun pisang,pohong,kacang kacangan,serta polo pendem dan hewan,diarak dari masing masing blok.
Kedatangan arak arakan hasil bumi juga diiringi musik tradisional dengan alunan kerohanian oleh pengurus gereja. Meski dengan iringan musik lesung namun suasana Undhuh-undhu yang melibatkan ribuan warga itu tetap semarak.
�Tradisi unduh unduh untuk melestarikan budaya umat Kristiani di wilayah Mojowarno yang mayoritas memeluk agama Kristen, � kata Pendeta Wimbo Sukoco.
Menurut Pendeta Wimbo, sebelum hasil panen dilelang, ratusan jemaat GKJW melakukan sembahyang puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dengan antunan dan pujian dalam bahasa Jawa dengan iringan gending Jawa yang dilakukan pengurus gereja dan para jemaat. Mereka berharap pada musim panen mendatang bisa berhasil,selanjutnya nantinya bisa mempersembahkan hasil bumi untuk gereja.
Kegiatan yang awalnya dirintis oleh umat Kristiani di gereja kuno ini, lambat laun menjadi pesta rakyat dan sekaligus menjadi aset wisata religi daerah Jombang. �Sejarah berdirinya GKJW Mojowarno tidak terlepas dari adat-istiadat dan tradisi Undhuh-Undhuh. Kala itu, melalui prosesi Undhuh-Undhuh, jemaat GKJW menyumbangkan hasil buminya untuk pembangunan gereja ,� imbuh Pendeta Wimbo. (rg)