Mojokerto-(satujurnal.com)
Keseriusan Dishubkominfo Kota Mojokerto menggarap penyebaran informasi pembangunan daerah melalui tabloid mingguan Palapa kembali dipertanyakan Dewan setempat. Sejauh ini leading sector penerangan publik itu dinilai hanya berkutat pada rutinitas pengadaan tabloid.
Selain tabloid, penyebaran informasi melalui pertunjukan campur sari dan pameran foto pun disebut-sebut hanya untuk menyedot anggaran semata.
Dishubkominfo Kota Mojokerto, menganggarkan Rp 332 juta untuk pengadaan tabloid Palapa sebanyak 48 Edisi dengan jumlah 1.500 eksemplar per edisi atau total 72.000 eksemplar. Edisi awal 22 Januari 2014 dan
edisi akhir 15 Desember 2014.
Sedang untuk penyebaran informasi pembangunan, Dishubkominfo Kota Mojokerto juga menganggarkan biaya Pameran Foto Keliling dan Pentas Campur Sari di 14 Kelurahan dengan dana yang disiapkan dari APBD sebesar Rp 428,7 juta. Durasi keliling, yakni 03 April � 31 Oktober 2014 atau 7 bulan.
Total anggaran dua kegiatan itu mencapai Rp 760 juta.
"Dishubkominfo jangan asal garap dan jangan garap asal-asalan. Jangan terburu mengklaim sudah melakukan penyebaran informasi, seperti terpapar dalam laporan kinerja yang muncul dalam LKPj. Karena faktanya puluhan papan informasi banyak yang terbengkalai. Kondisinya rusak. Apa mungkin papan yang begitu dimanfaatkan untuk menempel tabloid mingguan Palapa edisi terbaru," lontar Anggota Komisi II (perekonomian dan pembangunan) DPRD Kota Mojokerto, Paulus Swasono Kukuh, Senin (19/05/2014).
Sementara soal banyaknya papa baca yang rusak, menurut sejumlah sumber, bukan pemandangan baru. Tapi, sejauh ini tak ada langkah apa pun yang dilakukan Dishubkominfo.
Diantara pemandangan tak sedap itu, tampak di kawasan padat penduduk Perum Magersari Indah, Kelurahan Magersari, Kecamatan Magersari Papan baca aset daerah itu nampak tak terurus. Cat putih yang menempel di papan dengan pintu berkaca geser itu sudah luntur. Rerumputan yang ada di sekelilingnya nampak meninggi. Bahkan sebatang pohon liar, nampak sepadan dengan pintu kaca bening tersebut.
Papan yang berdiri di depan sebuah toko waralaba itu bukanlah satu-satunya media informasi Pemkot Mojokerto yang memiliki nasib buruk. Di puluhan titik lainnya pun kondisinya tak beda.
Seperti yang terlihat di papan baca kawasan Balongsari, Kelurahan Miji dan Sentanan. Di sana, kondisinya juga cukup memprihatinkan. Yang tertempel tabloid Palapa edisi tahun lalu yang terlihat carut-marut.
Dari 1.500 eksemplar tabloid Palapa setiap kali terbit, menurut Paulus, tersebar di 38 unit kerja, dari dinas, kantor, badan dan bagian-bagian, ditambah 2 kecamatan dan 18 kelurahan, tiga komisi dan lima fraksi di Dewan setempat serta sejumlah instansi vertikal plus 138 papan nama.
"Dengan tiras 1.500 eksemplar setiap kali terbit, seharusnya tabloid Palapa terpampang di semua papa baca. Dan masyarakat tersuguhi informasi tentang kegiatan Pemkot. Tapi kalau ternyata sampai sekarang masih banyak papan baca banyak yang rusak tanpa disentuh rekondisi, masyarakat bisa mengakses tabloid itu kemana?," telisik Paulus.
Politisi Partai Demokrat ini pun mengingatkan agar Dishubkominfo tidak sekedar menggugurkan kewajiban mengusung program kegiatan yang sudah di-APBD-kan tersebut, namun juga mampu mengoptimalkan. Termasuk juga program pameran foto dan campur sari. "Anggaran Rp 760 juta bukan anggaran kecil. Harus sebanding dengan target yang ditentukan. Jika tidak, lebih baik tahun depan anggarannya dikepras saja agar terjadi efisiensi ," singgung dia. (one)