Jakarta-(satujurnal.com)
Kehadiran Ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali (SDA) di arena kampanye Pileg Partai Gerindra, pada Minggu 23 Maret 2014 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta
dinilai menjadi biang tak tercapainya target perolehan suara dalam Pileg.
Minggu (13/04/2014 malam, para petinggi DPW partai berlambang Ka'bah itu menggelar rapat kordinasi membahas nasib Ketua umum mereka, SDA di Hotel Lor In, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Salah satu kesimpulannya, mereka menilai kehadiran SDA di kampanye Partai Gerindra itu bukan sebagai komunikasi politik, melainkan sebagai pelacuran politik.
Ketua DPW PPP Jawa Barat, Rachmat Yasin mengatakan, bahwa hingga saat ini PPP belum membahas koalisi, calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres).
"Kalaupun kita harus melakukan komunikasi, tidak berarti hadir di tempat kampanye orang lain. Itu bukan komunikasi politik, bukan. Itu lebih kepada pelacuran politik, mohon maaf saya berlebihan. Tapi sulit kami mengungkapkan, mencari fakta atau kata-kata yang bisa membenarkan tindakan-tindakan seperti itu," ujar Rachmat Yasin.
Terlebih, kata Rachmat, di kampanye itu SDA sempat berorasi.
Menurutnya apa yang dilakukan SDA baru kali pertama terjadi di pentas politik. Ketika seluruh kader partai mengeluarkan seluruh upaya untuk mengajak masyarakat agar memilih partainya, ketua umum malah mendukung partai lain.
"Kehadiran beliau di situ adalah bukan saja duduk mendengarkan, tapi lebih dari itu, adalah beliau melakukan orasi politik. Di dunia manapun, saya kira belum pernah terjadi hal ini, baru di Indonesia seseorang ketua umum partai berkampanye untuk partai lain," tegasnya.
Mereka menjatuhkan deadline agar DPP menggelar rapat terkait manuver SDA yang dinilai menyalahi AD/ART PPP. "Kami deadline tanggal 15 April DPP menggelar rapa. Jika desakan kami diabaikan, maka kami akan menyampaikan mosi tidak percaya atas kepemimpinan ketua umum PPP," tandas Rachmat Yasin.
(sn/jp/one)
Kehadiran Ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali (SDA) di arena kampanye Pileg Partai Gerindra, pada Minggu 23 Maret 2014 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta
dinilai menjadi biang tak tercapainya target perolehan suara dalam Pileg.
Minggu (13/04/2014 malam, para petinggi DPW partai berlambang Ka'bah itu menggelar rapat kordinasi membahas nasib Ketua umum mereka, SDA di Hotel Lor In, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Salah satu kesimpulannya, mereka menilai kehadiran SDA di kampanye Partai Gerindra itu bukan sebagai komunikasi politik, melainkan sebagai pelacuran politik.
Ketua DPW PPP Jawa Barat, Rachmat Yasin mengatakan, bahwa hingga saat ini PPP belum membahas koalisi, calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres).
"Kalaupun kita harus melakukan komunikasi, tidak berarti hadir di tempat kampanye orang lain. Itu bukan komunikasi politik, bukan. Itu lebih kepada pelacuran politik, mohon maaf saya berlebihan. Tapi sulit kami mengungkapkan, mencari fakta atau kata-kata yang bisa membenarkan tindakan-tindakan seperti itu," ujar Rachmat Yasin.
Terlebih, kata Rachmat, di kampanye itu SDA sempat berorasi.
Menurutnya apa yang dilakukan SDA baru kali pertama terjadi di pentas politik. Ketika seluruh kader partai mengeluarkan seluruh upaya untuk mengajak masyarakat agar memilih partainya, ketua umum malah mendukung partai lain.
"Kehadiran beliau di situ adalah bukan saja duduk mendengarkan, tapi lebih dari itu, adalah beliau melakukan orasi politik. Di dunia manapun, saya kira belum pernah terjadi hal ini, baru di Indonesia seseorang ketua umum partai berkampanye untuk partai lain," tegasnya.
Mereka menjatuhkan deadline agar DPP menggelar rapat terkait manuver SDA yang dinilai menyalahi AD/ART PPP. "Kami deadline tanggal 15 April DPP menggelar rapa. Jika desakan kami diabaikan, maka kami akan menyampaikan mosi tidak percaya atas kepemimpinan ketua umum PPP," tandas Rachmat Yasin.
(sn/jp/one)