Mojokerto-(satujurnal.com)
Meski Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto memberi kesempatan terhadap siswa yang hamil untuk mengikuti ujian nasional (UN) SMA sederajat, namun rupanya diantara siswi hamil tak memanfaatkan kesempatan itu.
Dari enam siswi hamil, empat siswi diketahui tak mengikuti UN. Mereka pun dipastikan gagal UN. Ini menyusul hasil penelusuran Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto menyebutkan bahwa keempat siswi hamil itu diketahui tak mengikuti UN.
Hingga hari kedua UN tadi, mereka absen tanpa keterangan yang jelas. Karenanya, mereka dipastikan tak bisa mengikuti UN susulan.yang digelar pada 22 - 24 April.
Dinas Pendidikan setempat juga telah mendapat informasi bahwa di antara empat siswi hamil itu telah mengundurkan diri dari sekolah. Sekolah telah menyatakan bahwa mereka mundur.
"Empat siswi hamil itu dua siswa SMA dan dua yang lain siswa SMK," kata Kabid Pendidikan Menengah Dindik Kabupaten Mojokerto, Selasa (15/04/2014).
Namun, lagi-lagi Dindik enggan menyebutkan baik identitas, inisial, maupun asal siswi hamil tersebut. Termasuk sekolah negeri atau swasta. Meski demikian dipastikan bahwa dua siswi berasal dari SMA tidak ikut UN karena telah dinikahkan oleh orang tuanya. Karena status ini, dipastikan mereka dikeluarkan sekolah.
Sedangkan dua siswi asal SMK yang tidak mengikuti UN dikatakan Sumarsono mereka kini telah bekerja di sebuah tempat.
"Kalau keinginan kami tentu berharap dia bisa sabar untuk menyelesaikan unas. Tapi yang bersangkutan bisa jadi punya pikiran lain. Barangkali dia menganggap mencari kerja susah, makanya mumpung ada lowongan pekerjaan dia masuki," kata Sumarsono.
Diketahui, keempat siswi hamil itu sudah masuk daftar nominasi tetap (DNT) peserta UN. Bahkan, Dindik setempat mempersilahkan mereka ikut unas. Meski penentuan kelulusan akan diserahkan ke dewan guru dalam rapat kelulusan. "Untuk nama dan asal sekolahnya tidak bisa kita sebutkan karena ini menyangkut nama baik sekolah," kata Sumarsono memberi alasan.
Pihak sekolah diyakini telah mengajarkan kepada setiap siswanya untuk memprioritaskan pendidikan dan mengedepankan moral. Namun untuk praktiknya, sepenuhnya tergantung pada siswa. Yang harus diingat, jangan hanya menyalahkan sekolah. Sebab, sekolah juga hanya terbatas. Yang berperan utama dalam pendidikan moral adalah lingkungan dan keluarga. (one)