20.16
0
Tersendatnya distribusi program konversi minyak tanah (mitan) ke gas elpiji di Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto terus mengakibatkan keresahan di kalangan masyarakat. Untuk sekadar memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka tetap menggandalkan mitan.

Seperti di salah satu pangkalan mitan yang ada di Jl Gajah Mada Kota Mojokerto. Pangkalan ini masih menjadi serbuan warga. Kemarin misalnya, karena warga yang khawatir tidak mendapatkan jatah, rela mengantre hingga berjam-jam.

Namun, di tengah antrean itu, sempat terjadi insiden kecil. Seorang warga nekat menerobos antrean untuk mendapatkan posisi terdepan. Akibatnya, warga yang berada di antrean sempat meneriaki orang tersebut supaya kembali ke posisi belakang. ''Hai antre dulu. Jangan main serobot," teriak salah salah satu warga.

Beruntung insiden itu tidak berlangsung lama. Setelah pihak pengelola pangkalan menginggatkan orang yang menyerobot lebih dulu ikutan antre. ''Kalau main serobot seperti itu kasihan warga yang dari pagi antre," celoteh seorang sembari bergumam semua yang antre seraya menjalani puasa Ramadan.

Dalam pangkalan mitan warga hanya mendapat jatah maksimal 10 liter per orang. Satu liter mitan dihargai Rp 2.850. Itu pun bagi mereka yang bisa menunjukkan kartu pembelian mitan dari kelurahan.

Namun, bagi yang tidak memegang kartu mendapatkan jatah yang lebih sedikit. Bergantung sisa mitan yang tersisa. ''Kalau seperti saya yang tidak bawa kartu paling bisa dapat 3 liter. Itu pun kalau kebagian," ujar Khusni, warga Lingkungan Tropodo, Kelurahan Meri, Kecamatan Magersari.

Belum jelasnya distribusi program elpiji memang cukup memberatkan warga. Betapa tidak, untuk memenuhi kebutuhan memasak mereka hanya bisa menggunakan mitan. Padahal, kata Khusni, harga mitan di tingkat eceran cukup mahal antara Rp 4.000-Rp 4.500 per liter. ''Lalu kapan elpiji itu dibagikan?" tanya Khusni mengeluh.

Hal yang sama juga dirasakan Diyah, warga Kelurahan Meri. Bahkan, dia justru menanyakan kenapa warga yang tinggal di Kecamatan Magersari belum mendapat bagian program konversi. Padahal, di Kecamatan Prajurit Kulon paket elpiji itu sudah dibagikan pada warga. Meski belum dilengkapi regulator dan slang.

''Kalau terus antre seperti ini kan susah. Ya kalau dapat, kalau tidak?" kata Diyah dengan nada kesal.

Karenanya, agar menjelang Lebaran nanti kebutuhan bahan bakar memasak tidak jadi masalah, warga lantas mendesak pada surveyor maupun Kecamatan Magersari untuk segera membagikan. Tentunya lengkap dengan tabung, kompor elpiji, regulator dan slang. ''Biar tidak seperti ini terus (susah, Red). Belum lagi harga mitan sekarang sangat mahal," ujarnya.

Sumber : Jawa Pos