06.03
0

Kawasan situs purbakala di Indonesia dalam perlestariannya memerlukan perhatian khusus dari segi aspek lingkungan maupun masyarakat setempat.

"Tidak jarang kawasan situs tersebut sudah beralih fungsi karena temuan artefak bersejarah ada di pemukiman penduduk," kata Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia Prof Mudardjito di Jakarta, Selasa.

Pada acara persiapan peluncuran Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) itu, ia mencontohkan, di kawasan Trowulan Jawa Timur yang merupakan bekas Kerajaan Majapahit itu tidak semuanya bisa diselamatkan, sebab penemuan tersebut terdapat di rumah-rumah penduduk.

"Warga menggali bekas tembok yang terbuat dari batu-bata merah kemudian digunakan untuk membangun rumah atau dijual untuk kebutuhan hidupnya," katanya yang juga dihadiri Ketua dewan Pembina YSNB H Pontjo Sutowo dan ketua Umum YSNB Iman Sunario.

Untuk melarang warga pun terkadang sangat sulit, kata Mudardjito, karena penemuan semacam itu berada pada lahan hak milik. Walau aturan mengenai cagar budaya tidak terbatas pada kawasan yang dilindungi.

"Hingga saat ini sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya artefak sejarah tidak sebatas berupa alat-alat prasejarah tetapi semua bangunan pada jaman tersebut," ujarnya.

Maka dari itu tanggung jawab dalam upaya pelestarian kebudayaan mulai dari jaman prasejarah hingga sekarang dibebankan pada pemerintah, melainkan semua pihak.

"Pelestarian kebudayaan seperti kawasan situs purbakala sesungguhnya tanggung jawab kita semua dan untuk generasi muda bahwa peradaban kebudayaan bangsa Indonesia telah ada sejak dulu kala," kata Mudardjito.

Ia mengakui, soal pelestarian situs purbakala di Jawa dibanding di Pulau Bali, karena masyarakat Bali penemuan situs purbakala menyatu dengan ritual masyarakat setempat.

"Sehingga masyarakat itupun akan menyakini bahwa penemuan itu sebagai warisan leluhur yang harus dilestarikan dan menjadi berkah hidupnya," ucapnya.

Sementara masyarakat Jawa beranggapan, penemuan artefak sebagai berkah untuk ekonomi, maka dari itu warga setempat ketika menemukan benda-benda seperti itu akan digali kemudian dijual.

"Yang terpenting untuk menyelamatkan artefak-artefak arkelog tersebut adalah dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat, sehingga warga merasa memiliki kebudayaan tersebut," katanya.


Sumber : Kompas