20.49
0
Masalah gelandangan dan pengemis (gepeng) di Kota Mojokerto masih saja belum teratasi. Bahkan menjelang lebaran seperti sekarang ini, gepeng semakin membanjir.

Indikasi membanjirnya gepeng itu, terlihat lantaran jumlah gepeng yang beroperasi di setiap titik perempatan bertambah. Perempatan yang biasanya dihuni rata-rata empat gepeng, pantauan di lapangan Minggu (30/8/2009), jumlah itu bertambah hingga dua kali lipat. Bahkan, muncul gepeng-gepeng wajah baru yang masih anak-anak.

Seperti yang terlihat di perempatan Jalan Jayanegara Pahlawan Minggu siang. Di lampu merah itu, tampak ada dua gepeng di masing-masing ruas jalan. Meski di bawah sengatan matahari, gepeng yang rata-rata adalah ibu rumah tangga dengan menggendong bayinya itu tetap menjalankan aksinya.

Kondisi yang sama juga terlihat di perempatan Jalan Empunala. Di tempat itu, bahkan satu ruas jalan dihuni hingga empat gepeng. Demikian pula di ruas jalan lainnya.

Di lokasi ini, selain gepeng yang dalam kondisi sehat, juga gepeng yang menderita penyakit kusta. Tanpa bisa berjalan, gepeng ini meminta-minta dengan duduk di atas aspal dan meminta uang kepada setiap pengendara yang berhenti.

Membeludaknya gepeng juga terjadi di perempatan Jalan Pemuda. Di lokasi ini rata-rata dihuni gepeng yang menderita penyakit kusta. Kondisi yang sama juga terlihat di perempatan Kenanten, by Pass Kota Mojokerto, jalan akses menuju terminal Kertajaya. Juga, di perempatan pos polisi Sekar Putih, Kecamatan Magersari.

Koordinator LSM Aliansi Masyarakat Peduli Mojokerto, Iwut Widiantoro mengatakan, kondisi seperti ini menunjukkan masalah sosial menjadi masalah serius di Kota Mojokerto.

"Meski beberapa gepeng mereka berasal dari luar kota. Kalau diusut, gepeng-gepeng itu rata-rata berasal dari satu tempat," terang Iwut sembari menyebut tempat itu merupakan penampungan yang berada di Kecamatan Prajurit Kulon.

Seharusnya, lanjutnya, Pemkot Mojokerto melalui Dinas Sosial dan Satpol PP bersinergi agar para gepeng ini tak kembali lagi ke aktivitas yang bisa mengganggu arus lalu-lintas itu.

Sejauh ini kata dia, penertiban yang dilakukan tak banyak memberikan solusi atas masalah yang dihadapi para gepeng. "Paling hanya didata, sehari setelah itu mereka kembali ke jalanan lagi," tukasnya.

Seharusnya kata dia, Pemkot Mojokerto memberikan pelatihan sesuai dengan keahlian para gepeng. Dengan pelatihan itu, gepeng akan memiliki pegangan ekonomi dan dengan melalui pengawasan pasca pelatihan itu.

"Memang ada yang menjadi gepeng karena malas. Tapi lebih banyak karena mereka tak memiliki pekerjaan. Ini tanggungjawab pemerintah," tandasnya.

Sumber : Kompas